Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

ASAL USUL NAMA GEYONGAN

Gambar
ASAL USUL NAMA GEYONGAN N ama tempat pada umumnya diambil dari suatu peristiwa / kejadian atau nama orang yang fenomenal yang terjadi di tempat itu dan oleh orang kejadian itu biasanya dijadikan nama tempat untuk mengenang peristiwa atau nama seseorang tersebut. Cerita sejarah ini berawal dari seorang sarjana Panama yang sedang melakukan penelitian tentang kebudayaan Cirebon dan lagi berkunjung ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati untuk pengumpulan data dan informasi sebagai bahan penulisan Tesisnya. Komplek pemakamam Sunan Gunung Jati adalah tempat makam dimana Sunan Gunung Jati dan Keturunannya (Sultan-Sultan Cirebon) dan para pembantunnya/Ki Gede disemaya mkan. Setelah sekian lama dia berkeliling di komplek pemakaman tersebut dia tertarik pada salah satu makam yang baginya agak ganjil dimana pada batu nisan makam tersebut tidak diberi nama indentitas dibandingkan dengan yang makam lainnya, maka bertanyalah si sarjana tersebut kepad...

Asal Usul Desa Kejiwan

Asal Usul Desa Kejiwan   A. Nama Desa Kejiwan Pada zaman kerajaan, setelah berdirinya kerajaan Islam Pakungwati Cirebon, dibawah pimpinan Sunan Gunungjati tepatnya pada tahun 1406 M, tersebutlah salah seorang murid dia bernama Taka Bin Takab yang di kenal dengan Ki Beyot meminta izin untuk membuka pedukuhan (Desa), yang berada di perbatasan Kerajaan Indramayu dengan Rajanya Prabu Indra Wijaya (Arya Wiralodra), yang pada tahun 1528 M kerajaan ini menggabungkan diri dengan Kerajaan Islam Pakungwati Cirebon. Setelah memperoleh izin dari Sunan Gunungjati, maka Ki Beyot mulai membuka hutan ( Babad Alas ) bersama Nyi Gede Susukan yaitu Nyi Tosa. Ki Beyot membuka hutan dengan cangkul dan pedang, wilayah yang terdapat hasil cangkulan ( tebalan ) termasuk wilayah kekuasaan Ki Beyot, sedangkan karena Nyi Tosa seorang perempuan yang tidak bisa mencangkul, maka ia menandai daerahnya dengan membakar hutan dengan api, wilayah yang terdapat bekas bakaran ( Obar-obaran ) terma...
Gambar
SEJARAH DESA WIYONG   Pada awlanya wiyong adalah merupakan wilayah bagian selatan dari desa kedongdong. Pada masa colonial belanda pertama pada abad 17-an, sering terjadi sengketa dengan para penjajah belandadengan para tokoh dan masyarakat kedongdong dan sekitarnya.      Konflik dan pertentangan antar penjajah dan tokoh-tokoh serta masyarakat adalah dikarenakan tingkah laku dan tindakan-tindakan penjajah yang terlalau menghina, merampas,bahkan membunuh. Disamping tekanan-tekanan penguasa wilayah adat dan tradisi orang asing yang sangat mencolok para pribumi.      Puncak konflik dan pertentangan tokoh-tokoh dan masyarakat kedongdong sekitarnya dengan colonial belanda melahirkan meletusnya perang dikedongdong ditenggarai dengan terbunuhnya beberapa serdadu belanda yang datang diwilayah kedongdong.      Perang kedongdong bagi pribumi dipimpin oleh Kigede Kedongdong yang didampingi oleh para tokoh dan jawara dar...

Sejarah Desa Kedongdong

Gambar
 Asal Usul Desa Kedongdong   Sejarah Kerajaan Mertasinga, merupakan bagian dari rangkaian asal-usul Kesultanan Cirebon. Sisa peninggalan kerajaan, berupa Lawang Gede Si Blawong, yang sampai sekarang masih bisa di lihat di Desa Mertasinga, Kec. Gunungjati, Kab. Cirebon. Lawang Gede merupakan bukti peninggalan sejarah berdirinya kerajaan Mertasinga di masa lalu. Konon, beberapa abdi dalem keraton Cirebon pada awal abad ke– 17, merasa tidak nyaman tinggal di dalam Istana, karena dominasi pemerintah Kolonial Belanda. Oleh karena itu, beberapa pangeran yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda, termasuk di antaranya Pangeran Suryanegara lebih memilih meninggalkan keraton. Pangeran Suryanegara kemudian pergi ke arah utara dan tinggal secara berpindah-pindah. Di setiap daerah yang di singgahinya, Pangeran Suryanegara mengajarkan Agama Islam dan mengembangkan bidang pertanian. Menurutnya, kala...
Gambar
Sejarah Desa Ujunggebang Ketika Syarif Hidayatullah dinobatkan menjadi raja di Keraton Pakungwati Cirebon sebagai Sunan di Gunung Jati sekitar tahun 1482M, dia memiliki bhayangkari Kerton Pakungwati yang sangat tangguh dipimpin oleh Pangeran Carbon (putranya Mbah Kuwu Cakrabuana) atau disebut Senopati Yudalaga (Panglima Perang Keraton Cirebon). Salah satu bawahan Pangeran Carbon yang patuh, setia dan pemberani adalah Anyung Brata ("a"= aku, "nyung" = selalu siap siaga, "brata" = perang) yang selalu berada di barisan terdepan ketika terjadi kerusuhan, peperangan dan keributan, karena keberanainya itulah Anyung Brata selalu disayang oleh Pangeran Carbon sebagai panglima perang. Untuk menambah keprawiraan dan pengetahuan keagamaannya, Pangeran Carbon dan Anyung Brata berguru ilmu kepada seorang wali yang dianggap mumpuni dalam kema'rifatan yakni Syekh Lemahabang / Syekh Siti Jenar / Syekh Jabal Rantah. Namun kemudian, Dewan Wali me...